Seribu bayi di Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan menghadapi gizi buruk

Setidaknya seribu bayi di bawah usia lima tahun (balita) di Provinsi Hulu Sungai Tenga, Kalimantan Selatan, menderita kekurangan gizi. Jumlah ini tergolong cukup tinggi.
Kepala Hulu Sungai Tengah, Bupati Aulia Oktafiandi, mengatakan masalah gizi buruk dan stunting (stunting) sudah menjadi komitmen bersama dalam mengurangi dan mencegah.
"Saya berharap kedepannya, dengan bantuan Sinergi, akan memungkinkan untuk menyelesaikan masalah stunting dan mengurangi angka kematian ibu dan anak," kata Aulia, menurut antara.
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2022, Kabupaten Hulu Sungai Tenga, prevalensi kasus stunting masih 10,6 persen. Artinya, dari 15.506 anak di bawah usia lima tahun di daerah ini, sebanyak 1.269 anak, tingkat pertumbuhannya masih relatif rendah, dan 380 anak tergolong sangat pendek.
Menurut hasil survei Gizi Indonesia atau SSGI, jumlah kasus stunting di Kalimantan Selatan masih lebih tinggi dari rata-rata nasional. Yakni, menempati urutan ke-6 terbesar di Indonesia dengan 30 poin.
Berita populer sekarang

Jeremiah cedera lututnya, pesan Sayaka Hirota: jangan terburu-buru sembuh
"Sedangkan kabupaten Tengah Hulu Sungai menempati urutan ke-9 dari 13 kabupaten perkotaan Kalimantan Selatan," kata Aulia.
Stunting adalah kondisi ketidakmampuan untuk tumbuh dan berkembang yang dihadapi anak-anak. Hal ini disebabkan kurangnya nutrisi untuk waktu yang lama, infeksi berulang dan stimulasi psikososial yang tidak memadai. Terutama dalam seribu hari pertama setelah kelahiran seorang anak.
Menurutnya, menyikapi hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tenga telah melakukan sejumlah upaya untuk mengurangi kasus stunting. Salah satunya adalah mengadakan pertemuan tentang retardasi pertumbuhan dan koordinasi dengan sejumlah pihak, termasuk Forkopimda.