Seorang anak laki-laki berusia 17 tahun meninggal setelah disambar petir saat bermain sepak bola

Peringatan bagi orang tua untuk meminta anak-anak mereka untuk berhenti bermain di luar ketika hujan dengan petir. Hujan disertai petir yang terjadi di wilayah Kulonprogo merenggut nyawa warga pada Rabu sore (8/6).
Data Hartanto, 17 tahun, warga Pedukuhan Serut RT 18 RW 7, Pengasi, Kulonprogo meninggal tersambar petir saat bermain bola di lapangan Pengasi. Panit II Samapta Polsek Pengasikh Ida Sugeng Juliana menjelaskan secara kronologis kejadian diawali dengan fakta bahwa korban sedang bermain bola di lapangan Pengasikh. Kemudian hujan mulai turun dan banyak kilat menyambar.
"Sebenarnya sudah dibubarkan, tapi saat korban dari Pusat ingin pindah ke pinggir jalan, sambaran petir," katanya saat ditemui di depan kamar mayat RS Waits Kulonprogo.
Ditambahkan bahwa korban meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Korban menerima luka bakar di tubuh, salah satunya jelas menunjukkan luka bakar di bawah tenggorokan.
Karena itu, ia mengimbau semua orang untuk lebih berhati-hati dalam merespon kondisi cuaca yang cukup ekstrem, termasuk ancaman petir. "Saya berharap bencana ini menjadi kasus terakhir dan tidak terulang di masa depan," katanya, dikutip Radar Jogja, Kamis (9/6).
Berita populer sekarang

Mengatakan bahwa Sandrina Michele takut rintangan mistis di lokasi penembakan?
Berdasarkan informasi yang dihimpun di lapangan, peristiwa tersebut terjadi saat pertandingan putaran ke-2 hanya berlangsung sekitar 20 menit. Saat itu sudah pukul 17.30.
Kemudian hujan petir turun di Kencheng sebanyak dua kali. Karena kondisinya tidak memungkinkan, Pertandingan akhirnya diputuskan untuk dihentikan.
Saat pemain meninggalkan lapangan, sambaran petir lain terjadi. Posisi korban masih bergerak dari tengah lapangan ke pintu keluar. Akibatnya, korban menerima luka bakar di bagian bawah leher dan betis kaki kiri.
Salah satu rekan korban, Bek Dua Ramadhan yang berusia 17 tahun, mengatakan bahwa korban adalah teman sekolahnya dan tinggal bersamanya di desa yang sama. Dia tidak bermain bola, hanya menerima berita awal tentang kejadian itu, dan kemudian pergi ke rumah sakit Waits untuk memastikan.
"Almarhum yang saya kenal adalah orang baik, Pinter Al-Quran dan akademisi di sekolah, sehingga korban masih duduk di kelas 3 orang 1 Pengasih," katanya.