Ilmuwan UGM mengusulkan versi virtual Candi Borobudur di Metaverse

Gadja Mada Vivit Suryanto, Wakil Dekan Bidang Penelitian dan Pekerjaan Umum di Universitas Fmipa, menyarankan agar pemerintah membuat versi Virtual Candi Borobudur di Metaverse. Ini adalah alternatif bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana candi tanpa harus memanjat bangunan fisik.
"Melalui metaverse nanti, seolah-olah Anda dapat menikmati tidak hanya secara visual, tetapi juga seolah-olah Anda naik ke Candi Borobudur," kata Vivit Suryanto, dilaporkan dari Antara di Yogyakarta.
Menurutnya, gagasan itu menjadi sarana emas antara kepentingan melestarikan bangunan candi Borobudur dan aspek pariwisata. "Hal ini dilakukan agar Candi Borobudur tetap stabil, tetapi juga bisa menjadi titik kebanggaan bagi bangsa," kata Vivit yang juga ahli geofisika di UGM.
Dengan ide ini, lanjutnya, adalah mungkin untuk memilih orang-orang yang secara fisik memanjat bangunan candi, yang memiliki minat khusus untuk melestarikan pelestarian bangunan. Bagi wisatawan pada umumnya, masih mendapatkan pengalaman menjelajahi berbagai sudut Candi Borobudur di dunia metaverse.
"Penggunaan teknologi juga memecahkan masalah tiket ke Candi Borobudur, yang sebelumnya menelan biaya 750 ribu rupee per orang untuk wisatawan lokal," kata Vivit Suryanto.
Berita populer sekarang

China akan memiliki vaksin mRNA yang sama seperti di AS, efektif melawan Covid-19
Dia menjelaskan bahwa struktur tiga dimensi Candi Borobudur dapat dirancang secara detail di metaverse. Dengan teknologi ini, wisatawan juga bisa merasakan seolah-olah sedang menginjak tangga batu Candi Borobudur dalam keadaan aslinya.
"Kaki kita tampak berat ke atas (tangga Candi), suasananya juga bisa seperti sensasi saat subuh," kata Vivit Suryanto.
Namun, ia menambahkan, diperlukan studio khusus yang bisa dibuat di kawasan Candi Borobudur, dilengkapi dengan peralatan yang mendukung teknologi metaverse. FMIPA UGM siap bekerja sama untuk mendukung perkembangan teknologi.
"Jika kita diminta untuk mendukung, kita siap," kata Vivit Suryanto.
Ketua Asosiasi Arkeologi Indonesia (IAAI) dan peneliti Borobudur Marcis Sutopo memperkirakan bahwa kemungkinan menggunakan teknologi untuk melestarikan candi Borobudur harus dipertimbangkan, menyesuaikan selera Generasi Z.
"Kita juga harus memikirkan selera Generasi Z, karena informasinya sudah tersedia di metaverse. Jadi, bukannya panas, buka saja laptopnya lalu lihat Borobudur lewat metaverse, " kata Marcis Sutopo.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan investasi Luhut Binsar Panjaitan mengatakan pihaknya berusaha melestarikan dan melestarikan bangunan candi Borobudur yang menderita akibat kerumunan pengunjung sebelum pandemi Covid-19. Hal ini juga direncanakan untuk menetapkan kuota 1.200 orang per hari, wisatawan diperbolehkan untuk mendaki ke puncak candi.
Candi Borobudur terletak di Provinsi Jawa Tengah, dibangun oleh umat Buddha sekitar 800 Masehi pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra. Borobudur adalah candi Budha terbesar di dunia, serta salah satu monumen Budha terbesar di dunia.
Gadja Mada Vivit Suryanto, Wakil Dekan Bidang Penelitian dan Pekerjaan Umum di Universitas Fmipa, menyarankan agar pemerintah membuat versi Virtual Candi Borobudur di Metaverse. Ini adalah alternatif bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana candi tanpa harus memanjat bangunan fisik.