Sebelum ke Perpustakaan Bung Karno, Jarot mengundang Pancasila Gelorakan tadi

Ketua Dewan evaluasi MPR RI Jarot Syaiful Hidayat pada minggu (19/6) menyempatkan diri mengunjungi Perpustakaan Bung Karno di Kota Blitar. Salah satu tujuan wisata pendidikan dan sejarah yang paling menarik. Perpustakaan itu tidak lebih dari hasil dedikasi Jaroth ketika ia menjadi Walikota Blitar.
Di Perpustakaan Bung Karno, Jarot juga menjadi konsultan berdialog dengan kajian sistem ketatanegaraan UUD 1945 dan pelaksanaannya. Pada kesempatan ini, Jarot menghimbau seluruh elemen bangsa Indonesia untuk aktif melawan segala tindakan intoleran. Karena perilaku seperti itu merupakan ancaman bagi persatuan dan kohesi bangsa.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan mengajarkan generasi bangsa untuk mengikuti nilai-nilai Pancasili sejak dini. Selain itu, terus memperkenalkan anak-anak untuk keragaman dan pemahaman nasional. "Berlatih di lingkungan keluarga saya sendiri, saya fokus pada pendidikan anak sekolah nasional. Ini penting, " kata Jarot
Dialog diikuti oleh guru-guru Masyarakat Sipil Kota Blitar, seniman dan tokoh budaya, pelajar dan mahasiswa. Selain Djarota, pembicara lain adalah Ketua Komisi A DPRD, Eco Suwanto, yang mempelajari penerapan aturan Daerah tentang Pancasili dan pemahaman Nasional. Usai dialog, Ketua DPRD Kota Blitar Syahrul Alim dan sejumlah anggota DPRD Kabupaten Blitar dan DPRD Kota jelas hadir.
Jarot, yang juga Ketua DPP PDI Perjuangan, menambahkan bahwa pendidikan dapat menjadi cara yang ampuh untuk membentuk karakter bangsa Indonesia. Baik pada anak usia dini maupun pada pendidikan formal, non formal dalam keluarga dan Pendidikan non formal. Pendidikan formal dapat diberikan oleh guru, dan pendidikan informal dapat diberikan oleh orang tua.
Berita populer sekarang

Tidak hanya asal Papua, ternyata, itu adalah darah keturunan Zsa Zsa Utari
"Ini adalah tanggung jawab kita semua. Saya benar tentang ideologi Pancasili. Sekarang, untuk mempelajari sejarah Pancasili, Anda bisa pergi ke Perpustakaan Bang Karno, "jelasnya'
Namun, lanjutnya, itu tidak cukup, dan dia tidak bisa sendirian. Harus ada gerakan terus menerus. Pengalaman apa di Jojakarta, jika ada Peraturan Daerah tentang pendidikan di Pancasila dan pemahaman nasional, dapat diadopsi? "Saya pikir itu bisa dilakukan di daerah lain, termasuk Blitar," kata Jarot.
Sementara itu, Eco Suwanto melaporkan bahwa saat ini daerah tersebut memang telah menerapkan Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 2022 tentang pendidikan dalam arti Pancasili dan nasional. "Alhamdulillah kita punya Pancasila. Sinau Pancasila memiliki karakter bangsa yang sangat penting, "katanya'
Hadirnya peraturan Pendidikan Pancasila dan wawasan kebangsaan, menurut Eco, ditujukan untuk menanamkan kecintaan pada Pancasila pada setiap orang. Apakah itu termasuk dalam bidang pendidikan Aparatur Sipil Negara? "Selain Pendidikan formal, Pendidikan non formal dapat diperoleh melalui pendidikan berbasis budaya," kata politisi yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Jogjakarta ini.
Dia menekankan bahwa keberadaan aturan lokal tentang pendidikan dalam Panchasil dan rasa Nasional adalah salah satu langkah menuju rekonsiliasi internal dan stabilisasi nasionalisme. Nah, salah satu sumber referensi untuk mempelajari sejarah dapat ditemukan di Perpustakaan Bung Karno di Blitar. Perpustakaan memiliki koleksi ribuan buku. Termasuk koleksi Bang Carnot.
Pancasila lahir dari esensi budaya Indonesia. Proses pembelajaran harus dilanjutkan dari aslinya. Isi materi protokol BPUPKA dan, khususnya, pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945 dan pembukaan konstitusi 1945. "Ini adalah sumber asli dari buku pegangan Pendidikan Pancasila," katanya.
Hartono, Kepala Perpustakaan Bung Karno, mengatakan pihaknya sangat bangga dengan keberadaan perpustakaan yang diciptakan Jarot Syaful Hidayat saat menjabat Walikota Blitar.
"Bang Karno milik semua orang. Ada juga auditorium. Kami bangga dengan penggagas penciptaan perpustakaan di Pak Jarot, yang sekarang mengarahkannya. Sudah terintegrasi dengan Pemkot Blitar, " katanya "
Pada bulan Juni tahun ini, di bulan Bang Karno, acara diadakan di perpustakaan sebanyak 25 kali. Diantaranya adalah Grebig Pancasila, sebuah pameran integrasi sosial yang diikuti oleh peserta dari berbagai daerah. "Bangsa yang besar, seperti yang dikatakan Bang Karno, adalah bangsa yang tidak keluar dari sejarah," kata Hartono.
Ia menjelaskan, setelah Perpustakaan Bung Karno berdiri 20 tahun lalu, kini ada auditorium dan koleksi 243 ribu buku ditambah 640 koleksi khusus Bung Karno. "Kunjungan 720 orang per hari" pada hari libur mencapai 2000 orang. Banyak kunjungan dari masyarakat, " kata Hartono.