Belum dibayar, pasien ditahan di rumah sakit, meskipun anak meninggal

Seorang pasien yang melahirkan di sebuah rumah sakit di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, ditahan atau tidak dapat kembali ke rumah. Itu karena mereka tidak bisa membayar tagihan rumah sakit.
Seorang ibu bernama Nani Mulyani dari Purwakarta, Senin (20/6) mengaku ditahan di rumah sakit setelah melahirkan, meski anak yang dilahirkannya meninggal dunia.
Warga Desa Sukajaya, Kecamatan Sukatani, Purwakarta, tidak dapat melihat pemakaman anak tersebut karena ditahan oleh rumah sakit karena ketidakmampuan untuk membayar penuh tagihan rumah sakit.
Di rumah sakit, Nani Mulyani yang ditahan tidak dapat kembali ke rumah karena suaminya tidak dapat menanggung biaya 14 juta rupee.
Seorang anggota pemerintah Riga Dedi Muladi pertama kali menerima kabar ini dari Kepala Desa Sukajaya. Kepala Desa mencoba menerapkan kebijakan rumah sakit agar dapat mengembalikan keluarga. Karena keluarga membayar 4 juta rupee dan meninggalkan hutang 10 juta rupee.
Berita populer sekarang

Tidak hanya asal Papua, ternyata, itu adalah darah keturunan Zsa Zsa Utari
Mendengar kabar tersebut, dedi mulyadi bergegas menuju Rsia Bunda Fathia, tempat ibunya ditahan. Di sana ia bertemu langsung dengan keluarga seorang pasien bernama Nani Mulyani.
Suami Nani mengatakan dia pertama kali membawa istrinya ke rumah sakit Tamrin Purwakarta. Namun, karena tidak ada unit perawatan intensif di sini, ia dipindahkan ke RSIA Bunda Fathia. Setelah perawatan, anak itu lahir, tetapi meninggal.
Dia bilang dia membayar rumah sakit 4 juta rupee. Uang itu berasal dari hasil dari janji tanah. Meskipun demikian, rumah sakit masih tidak mengizinkan Anda untuk kembali ke rumah, karena utangnya masih 10 juta rupee.
Bahkan ketika anak itu dimakamkan, sang istri tidak diizinkan pulang untuk melihat.
"Saya tidak bisa pulang karena administrasi belum selesai. Anak itu meninggal di sini, ibu (istri) tidak bisa melihat pemakaman karena dia ditahan di sini," katanya.
Dedi tidak dapat memikirkan upaya rumah sakit untuk melakukan ini. Karena perawatan pasien tidak menjamin bahwa biaya rumah sakit akan pulih. Dia juga meminta pertemuan dengan manajemen rumah sakit.
Sambil menunggu pimpinan, Dedi dan keluarganya pergi ke ruang administrasi. Di tempat ini, Dedi membayar semua biaya rumah sakit, yang berjumlah 10 juta rupee.
Pada pertemuan dengan manajemen rumah sakit, Dedi meragukan bahwa kebijakan rumah sakit bukan untuk menunjukkan simpati dan hanya memberikan izin kepada ibu untuk melihat anak untuk terakhir kalinya sebelum pemakaman.
"Setidaknya pada awalnya mereka memberi tempat untuk melihat bagaimana anak itu akan dimakamkan," kata Dedi.
Dalam hal ini, Dedi mulyadi berusaha tetap netral. Ia menegur suami dari keluarga karena tidak mengikuti program BPJS. Meskipun pria tersebut memiliki gaji tetap, cukup untuk mengikuti program BPJS.
"Seorang pria harus bertanggung jawab kepada istri dan keluarganya dengan mendaftarkan BPJS," tetapi saya juga mengeluh ke rumah sakit Mengapa saya tidak diizinkan pulang, harus ada segala macam jaminan. Tidak baik kalau orang kasar dan berat, " kata Dedi.
Dia juga meminta agar kejadian seperti itu tidak diulang. Bahkan jika ada penahanan, laki-lakilah yang harus ditahan, dan bukan ibu yang melahirkan. Karena seorang pria bertanggung jawab untuk menjadi kepala keluarga.
"Tapi saya juga berterima kasih atas fakta bahwa ada unit perawatan intensif di sini, nyawa ibunya bisa diselamatkan. Kalau dia tidak dibawa ke sini, mungkin ibunya juga bisa meninggal, " kata Dedi Muladi.
Setelah melunasi semua hutang, keluarga diizinkan untuk kembali ke rumah dan dikawal oleh ambulans pedesaan.