Setelah mendengar letusan gunung berapi, umat beriman berdoa Duhur dengan Imam Buya Arrazi dibubarkan

Keluarga X. Arrazi Hasiima, atau akrab disapa Buya Arrazi, menelepon polisi untuk mengklarifikasi kematian H. sec putra keduanya, yang ditembak dengan pistol petugas polisi, dengan siapa ia bermain dengan saudara kandungnya, di rumah pedesaan Palang, Tuban, Jawa Timur, Rabu (22/6) sore.
"Keluarga Buya Arrazi dan istrinya telah menyetujui kepergian putra kedua mereka," kata juru bicara kepolisian Kasatreskrim Tuban, AKP M. Gananta, Dikutip Jawa Pos Radar Tuban, Kamis (23/6).
Keluarga Bui Arrazi, menurut gananta, juga menganggap kejadian ini sebagai bencana yang tidak terduga. Karena itu, keluarga meminta untuk tidak menyebarkan berita sedih. Bahkan, mereka langsung Menguburkan Jenazah Buyung tanpa Otopsi. "Keluarga menganggap ini bencana yang tidak terduga," katanya.
Karena tulus, keluarga almarhum belum merilis masalah ini di masa depan.
Untuk memastikan hal ini, Jawa Posan Tuban mencoba untuk bertemu dengan Buya Arrazi dan keluarganya. Sayangnya, begitu ia tiba di rumah ayah mertuanya dengan dinding putih dan karpet coklat, reporter surat kabar ini langsung disambut oleh lima siswa dengan sarung tangan dan dengan kanopi di depan musala Bahrun Najah. Lokasi Musala menghadap rumah ibu mertua Bui Arrazi.
Berita populer sekarang

Aditya zona ngaku suka Sandrina Michelle, Zoe: Tidak, Sandrina belum Usia
"Kami menerima instruksinya bahwa kami seharusnya tidak menjadi yang pertama membuat pernyataan kepada media. Kami meminta pengertian "ya," kata salah satu siswa dengan sopan.
Para siswa juga mengatakan bahwa keluarga masih sangat terpengaruh oleh bencana alam. Jelas bahwa ini terjadi sangat tiba-tiba. Buya Arrazi kembali bersama istrinya Eli Ermavati dan ketiga anaknya ke Tuban untuk menghadiri undangan tersebut. Yakni, pembacaan hafli ahirussan atau purnasisvi di Ponpes Mustafavia, salib, Selasa (21/6). Tempat acara, tidak jauh dari kediaman ayah mertuanya. Nahas, Rabu (22/6) sore terjadi bencana.
Kronologi Masih Penuh Dengan Tanda-Tanda
Kisah bagaimana putra kedua Buya Arrazi, yang masih berusia 3 tahun, ditembak cukup misterius. Yang masih menimbulkan pertanyaan adalah bagaimana saudara laki-laki HF yang berusia 5 tahun, HS, dapat menemukan dan mengembalikan pistol itu.
Kemudian anak laki-laki, yang pada usia anak usia dini, mampu menarik pelatuk sempi. Bukankah pistolnya cukup berat? Demikian pula, tarik pelatuknya. Apakah pistolnya tidak terkunci? Yah, masih ada peluru. Misteri itu juga tetap menjadi masalah bagi tim media.
Yang jelas dari informasi yang diterima, senpi milik aparat kepolisian berinisial M. tak lama setelah kejadian kematian terjadi, Anggota tersebut dikembalikan ke Polri. Hingga saat ini, pangkat dan divisi polisi terkait juga masih belum diketahui. Kabarnya, M mendapat tugas khusus untuk mendampingi Buya Arrazi.
Jawa Posan Tuban mendapat cerita ini ketika kejadian itu terjadi saat sholat di tengah Duhur di sebuah komunitas di Musala Bahrun Najah. "Sebelum pergi ke Musala untuk berdoa di sidang, polisi memasukkan senjatanya ke dalam tas yang ada di ruang tamu rumah," kata sumber itu, yang berbicara dengan syarat anonim.
Sumber tidak menentukan tempat yang tepat di mana tas dengan senpi ditempatkan. Yang pasti, doa para peziarah Duhur belum selesai, tiba-tiba terdengar suara tembakan meriam dari halaman utama. Pertemuan itu segera bubar. Mereka langsung menuju sumber suara letusan. Termasuk Buya Arrazi, yang menjadi imam shalat Duhur.
Kisah itu mengungkapkan fakta lain bahwa insiden itu terjadi di halaman rumah. Tidak di rumah. Dari teras Musali, semua orang melihat putra kedua Buya Arrazi, berlumuran darah. Cepat untuk menyelamatkan. "Peluru itu mungkin mengenai dada bagian atas atau leher," tambah sumber itu.
Menurut versi lain, pukulan itu jatuh di area dagu. Korban masih sadar saat itu. Sebuah rencana yang hendak dilarikan ke rumah sakit oleh Dr. G. Kesmoyu Tuban. Nasib mengatakan sebaliknya. Belum diambil, dia menghembuskan nafas terakhirnya.
Membenarkan keaslian kronologi kejadian tersebut, pihak Kasatreskrim Polres Tuban AKP M. Gananta menolak untuk merinci. Adapun jenis pistol, ia menyebutnya tipe" glock".
Dikutip dari Wikipedia, glock adalah pistol semi-otomatis dengan bingkai polimer. Senpi short recoil-operated bolt-action rifle dirancang dan diproduksi oleh pabrikan Austria. Pistol, lulus uji keandalan dan keamanan, memasuki dinas militer dan polisi Austria pada tahun 1982.
Untuk awak media, seorang petugas dari Bohonegoro membenarkan laporan polisi dari Kepolisian. Saya sengaja ditugaskan untuk menemani Buya Arrazi ke setiap khotbah. "Ketika dia ditinggalkan, senpi ditempatkan di tempat yang sangat aman," kata Gananta, mengulangi pernyataan serupa pada Rabu (22/6) sore.
Ketika ditanya lebih detail tentang lokasi dan lokasi aman, Gananta tidak mengatakan dengan pasti. Dia hanya memastikan bahwa senpee meninggalkan pemiliknya terkunci. Mungkin, senpi tidak bisa digunakan sembarangan. Namun, sekali lagi, menurut Ganante, malapetaka itu tidak dapat diprediksi. Gananta mengklaim bahwa sangat mungkin anak laki-laki berusia 5 tahun itu mengambil pistol itu karena penasaran.
Soal identitas polisi, pemilik senpi, Gananta tetap tidak mau membuka mulut. Lulusan Akpol 2013 ini baru saja mengkonfirmasi bahwa seorang polisi berinisial M telah dikembalikan ke lembaganya di kepolisian.