Dinkes Jatim menjelaskan anak meninggal dan ibu terpaksa lahir normal

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur menyoroti kasus dugaan persalinan normal paksa di RSUD Jombang. Dalam pernyataan ini, ibu harus kehilangan anak setelah melahirkan.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Erwin Astha Trijono membenarkan pihaknya sudah memberikan penjelasan kepada RSUD Jombang. Dinas Kesehatan Jombang pun dipanggil.
"Masih menunggu klarifikasi dari Dinas Kesehatan dan RSUD Jombang," kata Erwin saat dikonfirmasi, Senin (8/1).
Sebelumnya, pasangan Yopi Vidianto, 26, dan Rohma Rudotul Janna, 29, warga Desa Slombok, Desa Plemahan, Kecamatan Sumobito, kehilangan anak mereka yang baru lahir. Proses melahirkan anak pertamanya berakhir dengan kematian karena diminta untuk melahirkan secara normal di RSUD Jombang. Bahkan, arahan dari puskkesmas meminta mereka melakukan operasi caesar.
Saat dikonfirmasi, Yopi menjelaskan, dirinya membawa istrinya ke Sumobito Medical Center untuk pemantauan kehamilan pada Kamis (28/7). Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata istrinya telah menjalani tiga kali otopsi.
Berita populer sekarang

Perceraian Aldi Braga dan Rivin dua Ariyanti disebut karma, Ikke Nurzhana mengatakan Ginny
Namun, saat itu pihak puskem menyatakan tidak berani mengobati orang sakit. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Roma, istri Jopi, harus menjalani operasi caesar di RS Jombang.
"Karena riwayat darah tinggi, dirujuk dengan operasi caesar ke RSUD Jombang," kata Yopi, Senin (1/8).
Setibanya di RSUD Jombang sekitar pukul 10.50, petugas medis mengatakan Rohma sudah membuka rumah ke-5. Yopi menyampaikan permintaan dan saran keluarga dari Sumobito Medical Center terkait operasi Caesar.
Namun permintaan tersebut ditolak pihak rumah sakit. Staf medis RS Jombang mengatakan proses persalinan berjalan lancar dan cepat.
Mau tidak mau, dia setuju dengan tawaran persalinan normal dari RSUD Jombang. Ia khawatir karena kondisi istrinya yang lemah dan tidak kuat.
"Kata suster tidak perlu operasi Caesar karena bukanya cepat," tambah Yopi, pria yang bekerja di pabrik sandal di Sidoarjo.
Setelah beberapa jam dirawat, Yopi menjadi khawatir karena proses persalinannya belum selesai. Pukul 10.50 masuk RS Jombang, sampai pukul 7.30 bayi belum keluar. “Akhirnya divakum, bayinya dihisap, dan yang keluar hanya kepalanya saja,” jelas Yopi.
Setelah itu, para perawat yang membantu persalinan panik dan memanggil dokter kandungan. “Tidak sampai ada tiga dokter dan tidak berhasil. Ini posisinya jam 9 malam," jelas Yopi.
Beberapa menit kemudian, anak itu akhirnya dinyatakan meninggal. Jopi yang menemani istrinya langsung pingsan dan hanya bisa pasrah.
Ia lebih kaget lagi saat menerima telepon dari dokter yang menyarankan operasi untuk memisahkan tubuh anak dari kepalanya. Pasalnya, tubuh anak tidak bisa keluar dari jalan lahir.
Ini adalah satu-satunya cara untuk mengeluarkan tubuh bayi. Suka tidak suka, pada akhirnya mereka dipisahkan agar bisa keluar dari garis keturunan istri saya,” kata Yopi.
Akhirnya proses operasi berjalan lancar. Istrinya selamat, tetapi anak itu dinyatakan meninggal. Yopi membawa anaknya pulang sekitar pukul 11.00 WIB. "Kalau minta maaf tentu saja. Bagaimana lagi," kata Yopi.
Hingga kemarin (31/7), istrinya masih dirawat di Bangsal Drupadi RSUD Jombang. “Istri saya masih dalam masa pemulihan dan tidak diperbolehkan pulang,” jelas Yopi.
Setelah kejadian ini, dia berharap pihak RSUD Jombanga memiliki niat baik untuk secara terbuka meminta maaf kepada keluarga. “Saya tidak ingin kejadian seperti ini terjadi lagi,” kata Yopi.