Migrant Care memanggil pelaku perdagangan manusia yang mencari korban di media sosial dan komunitas

Migrant Care meminta pemerintah mengambil tindakan tegas dalam menangani Kasus Perdagangan Orang (TPPO), seperti yang terjadi di Kamboja. Karena dalam beberapa tahun terakhir, kejahatan ini menjadi perhatian yang berkembang.
Anis Hidayah, Kepala Pusat Penelitian Migrasi untuk Perawatan Migran, mengatakan para pedagang ini biasanya mencari korban melalui media sosial dan komunitas. Seperti di Facebook, ada iklan yang menawarkan pekerjaan di luar negeri dengan gaji lebih tinggi.
“Selain Facebook, mereka juga bekerja secara intensif dengan perantara untuk membawa korban langsung ke masyarakat. Online dan offline komunikasi intensif melalui messenger, proses keberangkatan juga melalui messenger," kata Anis kepada wartawan, Selasa (8 Februari).
Banyak dari sekian banyak iklan yang menjadi korban. Sayangnya, Migrant Care menilai upaya preventif pemerintah masih lemah.
“Konter cerita (iklan di jejaring sosial) praktis tidak ada,” jelasnya.
Berita populer sekarang

TNI AL hentikan penyelundupan 9 calon FMI ilegal ke Malaysia
Sebelumnya diberitakan, 60 warga negara Indonesia (WNI) ditahan di Kamboja. Terkait kasus ini, KBRI Phnom Penh menghubungi kepolisian Kamboja untuk membantu membebaskan 60 warga negara Indonesia (WNI) yang ditawan di negara tersebut.
Menurut Juda Nugrahi, Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri RI, puluhan WNI dilaporkan menjadi korban penipuan oleh perusahaan investasi palsu di Sihanoukville, Kamboja.
“KBRI telah menghubungi pihak kepolisian Kamboja untuk meminta bantuan dalam pembebasan tersebut, sambil terus menjaga kontak dengan warga negara Indonesia. Polisi Kamboja kini mengambil langkah untuk menangani hal ini,” kata Judha melalui pesan singkat, Kamis (28/7).