Bantuan pangan hujan akhirnya menghancurkan 3.675 kg beras.

Kemensos: Tidak ada label khusus, kami tidak punya beras
Mabes Polri dan Kementerian Sosial (Kemensos) telah meluncurkan penyelidikan atas penemuan barang-barang penting yang terkubur di Lapangan Serab, Desa Tirtajaya, Kota Depok, Jumat (29/7) lalu. Menurut informasi awal, produk tersebut dimakamkan oleh perusahaan pengiriman makanan pada 5 November 2021. Sebanyak 3.675 kg atau 289 karung dikubur.
Temuan itu disampaikan Kabag Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadan di Mabes Polri Jakarta kemarin (08/02).
“Kami akan selidiki dan selidiki lebih lanjut dugaan penyalahgunaan distribusi beras, bantuan sosial untuk memenuhi kebutuhan pokok,” kata Ramadhan. Penyidik akan mempelajari dokumen pembelian bantuan terkait Covid-19 tahap II dan IV, serta dokumen pemusnahan barang kebutuhan pokok yang tidak disalurkan.
Ramadan mengatakan, kasus tersebut bermula ketika seorang pemilik tanah berinisial RS menerima informasi bahwa bantuan sosial telah dilarang dari tanahnya. Hasilnya dilaporkan ke Polsek Metro Depok. Kemudian dilakukan penggalian dan ditemukan 510,2 kilogram beras dalam puluhan karung. Beberapa karung beras juga berserakan di tanah. "Beras diamankan dan dilengkapi oleh Polsek Depok," tambahnya.
Berita populer sekarang

BPK menuduh bahwa Rikki membeli mobil dan apartemen dengan hasil korupsi
Berdasarkan hasil penelusuran, perusahaan yang mengirimkan bansos ternyata adalah PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE). Ramadhan menjelaskan berdasarkan informasi dari SJ selaku Vice President JNE untuk kualitas dan kenyamanan, akumulasi bansos tersebut merupakan kesepakatan kerjasama antara cabang utama JNE dengan PT Indah Berkah Bersaudara. Sedangkan yang melakukan penguburan adalah PT Indah Berkah Bersaudara.
Perjanjian kerjasama tidak menyebutkan prosedur pemusnahan. Hanya disebutkan pengiriman yang rusak bisa dimusnahkan setelah mendapat izin dari JNE pusat. "Pihak JNE mengubur atau mengubur beras pada 5 November 2021, dan dibuat berita acara penguburan 3.675 kg beras atau 289 karung," kata Ramadhan. Menurut JNE, beras yang tertimbun itu rusak karena hujan dan dianggap tidak layak untuk didistribusikan dan harus dimusnahkan.
Di sisi lain, Satgas Pangan Mabes Polri dan Kementerian Sosial kemarin mengunjungi lokasi ditemukannya tumpukan sembako. Satgas Pangan yang dipimpin Kanit III Subdit I Indag Dittipideksus Bareskrim Polri Kompol Samian mengatakan, Satgas akan bertemu dengan pemilik lahan Rudy Samin hari ini.
"Samin juga akan diinterogasi," katanya.
Irjen Kementerian Sosial (Kemensosa) Dadang Iskandar juga melihat sendiri kondisi sembako yang terdiri dari beras, tepung terigu, dan telur. Menurutnya, produk tersebut ternyata bukan dari pihaknya. Salah satunya karena bansos yang berasal dari Kementerian Sosial itu memiliki label khusus. Selain itu, bentuknya hanya berupa beras dalam karung seberat 25 kilogram. "Tidak ada telur, tidak ada tepung, tidak ada minyak," jelasnya.
Ia menjelaskan, program bantuan dalam penanggulangan Covid-19 tidak hanya datang dari Kementerian Sosial. Sejumlah instansi juga memberikan bantuan tersebut kepada masyarakat.
Jumat lalu (29,07) warga Desa Tirtajaya dikejutkan dengan ditemukannya sembako yang tertimbun tanah. Pemilik lahan Rudy Samin mengatakan, pencarian kebutuhan tersebut berawal dari informasi dari warga. Untuk memastikan informasi tersebut, Rudy menyewa alat berat untuk menggali tanah. Di depan warga sekitar, Rudy menemukan tumpukan beras dan tepung terigu di kedalaman sekitar 3 meter.
“Saya juga mendapat informasi dari warga JNE bahwa ada barang yang menumpuk di tanah saya. Jadi saya menyewa ekskavator untuk membuktikannya," kata Rudy di lokasi kejadian kemarin.
Rudy melaporkan kejadian itu ke polisi. "Orang harus curiga bahwa wadah itu adalah satu. Semoga ini teratasi. Di tanah saya itu dikubur lagi. Ini adalah pelanggaran hukum. Saya harap Pak Presiden mendengar dan mengetahui kasus ini," ujarnya.
Penjelasan Mensos
Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini sepakat menugaskan Dadang Iskandar bersama Dirjen Bina Bantuan, Dinas Sosial Depok dan para pendamping sosial untuk melakukan pemeriksaan. Rysma juga mendapat informasi dari Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhajir Effendi, tentang kondisi penyaluran bansos saat itu. Ia membutuhkan informasi itu karena Rysma belum menjabat Menteri Sosial pada tahun penyaluran bansos presiden. “Jadi, saya perlu meninjau pekerjaan tahun sebelumnya, yang saya tidak tahu,” kata Rysma saat konferensi pers di kantor Kementerian Sosial kemarin.
Secara umum, Bulog saat itu mengirimkan bantuan sosial. Dalam proses pengiriman, Bulog bekerja sama dengan PT DNR yang merupakan perusahaan penyedia jasa distribusi dan logistik. Bahkan, dalam menjalankan tugasnya, PT DNR bekerja sama dengan JNE. Dengan demikian, JNE bertanggung jawab atas pendistribusian beras yang disiapkan di gudang Bulog di Pulo Gadung. Beras juga diambil dengan izin pemasok, PT DNR.
“Kemudian JNE mendistribusikan ke penerima di rumah. Jadi saat panen hujan lagi, jadi sebagian padi basah," jelas Mensos. Akhirnya diputuskan untuk mengganti beras dengan konveyor. Yaitu JNE. Nasinya diganti dengan paket lain yang masih bagus. Dengan demikian, beras yang ditimbun tersebut merupakan beras rusak milik JNE. Bukan milik pemerintah. “Karena JNE sudah membayarnya. Itu benar," katanya.
Kebutuhan penggantian bansos yang rusak diputuskan oleh Kementerian Sosial. Hal ini selalu ditegaskan dalam kontrak yang dilaksanakan oleh pihak-pihaknya. Namun, Risma belum bisa memberikan informasi mengenai akumulasi simpanan tersebut. “Sekali lagi, kami menunggu finalisasi. Tapi mulai jelas ini barang rusak yang mungkin perlu diklarifikasi," kata mantan Wali Kota Surabaya itu.
Pada saat yang sama, Dadan mengatakan, pihaknya telah melakukan penyelidikan bersama dengan auditor sejak Senin (8 Januari). Langkah pertama adalah koordinasi dengan Dinas Sosial Kota Depok dan Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten (TKSK). Kemudian dia pergi ke tempat pemakaman. Menurut pengamatannya, kondisi lokasi berbau tidak sedap dari telur busuk. Tepung gandum juga ditemukan. Melihat kondisi tersebut, ada kecurigaan tak hanya beras yang dikubur. Begitu juga dengan telur dan tepung.
Fakta ini dimanfaatkan pihaknya sebagai acuan bahwa bantuan terselubung bukan merupakan program Kementerian Sosial. Pasalnya, tidak ada telur atau tepung dalam bansos presiden yang dikeluarkan pada April 2020. Bantuan sosial presiden sebesar Rp 300.000 dilaksanakan dengan 10 nama. Yakni, nasi, minyak, sarden, kornet, sambal, kecap, mi instan, susu ultra pasteurisasi, teh, dan sabun mandi.
Sementara di lokasi ditemukan dua jenis karung beras. Yaitu 20 kg dan 5 kg. Menurut Dadan, 20 kg beras dikeluarkan untuk bansos presiden. Namun, ada kekhasan. Yakni, pada tas tersebut terdapat tulisan “Bantuan Presiden Melalui Kementerian Sosial”. Hal itu sesuai dengan arahan Menteri Sosial sebelumnya, Giuliari Batubara. Nah, tidak ditemukan prasasti pada karung beras yang dikubur di tempat ini. Itulah yang kami coba rayakan di lapangan. Kami tidak menemukannya. Jadi ada kecurigaan bahwa ini bukan bantuan sosial dari kami. Mungkin begitu. Dugaan itu masih ada," katanya.
Ia menjelaskan, pihaknya menyebut Bulog sebagai pemasok beras bansos untuk Kementerian Sosial. Berdasarkan informasi yang diberikan, Bulog mengaku bekerja sama dengan PT SSI untuk mengantarkan beras ke penerima. Terkadang, PT SSI bekerja sama dengan DNR, yang kemudian disubkontrakkan kembali ke JNE. Namun, dia menegaskan, Bulog tidak hanya menyalurkan bantuan sosial dari Kementerian Sosial. Ada juga bantuan sembako dari pemerintah daerah yang saat itu disalurkan melalui Bulog.