Jamasan Tombak Kyai Wijaya Mukti melindungi warisan, melestarikan budaya

Pemerintah Kota Yogyakarta memasuki bulan Suro dalam penanggalan Jawa dengan kembali menggelar prosesi jamasan untuk menghormati peninggalan keluarga milik Pemerintah Kota Yogyakarta, Tombak Kyai Vijaya Mukti. Ini adalah upaya melestarikan warisan sekaligus melestarikan budaya.
“Inti dari prosesi Jamasan tetap sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Hanya saja tahun ini kita gelar lebih meriah karena kondisi pandemi dianggap lebih ringan," kata abdi dalem Keraton Yogyakarta yang bertindak sebagai Ketua Pelita Kuomintang Jamasan Harjosohaditaruno, seperti dilansir Antara di Yogyakarta, Kamis (4/4). . 8).
Kemeriahan prosesi Kyaya Vijaya Mukti Jamasan tahun ini ditandai dengan karnaval pusaka keluarga yang berlangsung lebih lama dari tahun lalu. Selain itu, ada musik gamelan saat prosesi berlangsung.
Di masa pandemi, seperti dua tahun terakhir, karnaval tidak digelar karena pusaka keluarga langsung disembelih setelah dikeluarkan dari gudang di Balai Kota Yogyakarta. “Tahun ini karnaval diadakan di sekitar kompleks Balaikota Yogyakarta dengan didampingi perwakilan dari seluruh kecamatan,” kata Harjosohaditaruno.
KMT Harjosohaditaruno mengatakan bahwa peninggalan Jamasan berarti membersihkan peninggalan agar selalu dalam keadaan bersih dan terawat. “Tidak ada tujuan lain dari prosesi Jamasan ini selain untuk membersihkan relik dan menjaganya agar tetap dalam kondisi baik,” jelas Harjosohaditaruno yang mengatakan relik yang dimiliki oleh Pemkot Yogyakarta ini masih dalam kondisi baik dan baik.
Berita populer sekarang

Catatan untuk panduan, penjelasan rahim adalah…
Jamasan dimulai dengan melepas benang melati yang menghiasi gagang dan sarung tombak, kemudian ujung tombak dibersihkan dan dikeringkan agar dapat diukir kembali ke tempat penyimpanannya.
Tombak Kyai Vijaya Mukti merupakan peninggalan Keraton Yogyakarta yang dibuat pada tahun 1921 pada masa pemerintahan Sri Sultan H.B. VIII. Peninggalan tersebut kemudian diserahkan oleh Gubernur DIJ Sri Sultan HB X kepada Pemerintah Kota Yogyakarta yang diterima Walikota Yogyakarta R. Widagdo.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, mengatakan pusaka keluarga jamasan memiliki makna lebih dari sekadar membersihkan peninggalan. Prosesi atau ritual ini memiliki makna lain, khususnya bagi Pemerintah Kota Yogyakarta yang memiliki tombak pusaka keluarga, yaitu mensucikan diri guna memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
Ia berharap, arak-arakan jamasan yang digelar rutin ini bisa menjadi sarana melestarikan budaya agar tidak ada masyarakat yang tidak paham apa itu prosesi.