China dan Rusia Ungkap Alasan lindungi Korea Utara

Majelis Umum PBB (UNGA) telah membentuk sesi khusus untuk Rusia dan Cina. Pada Rabu (8/6), kedua negara diminta menjelaskan alasan penggunaan veto pada 26 Mei. Moskow dan Beijing telah memveto sanksi baru terhadap Korea Utara yang diusulkan oleh Amerika Serikat di Dewan Keamanan PBB.
Ini adalah pertama kalinya seorang anggota tetap Dewan Keamanan PBB harus menjelaskan keputusannya menggunakan hak veto. Pada 26 April, total 193 anggota Majelis Umum PBB memutuskan bahwa setiap penggunaan veto harus diperhitungkan oleh penggunanya.
China dan Rusia menggunakan sesi ini untuk menyerang amerika Serikat. Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun mengatakan bahwa kegagalan kebijakan AS telah menyebabkan peningkatan ketegangan di semenanjung Korea, seperti yang terjadi hari ini.
Zhang menambahkan bahwa sejak Korea Utara mengambil langkah menuju denuklirisasi pada 2018, as belum membalas inisiatif positif tersebut. Negosiasi denuklirisasi dilakukan di era mantan Presiden Donald Trump. Pyongyang telah menghancurkan salah satu fasilitas nuklirnya. Namun, AS belum mencabut sanksi sama sekali. "Ini tidak menunjukkan ketulusan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah ini," kata Zhang, seperti dikutip oleh Agence France-Presse.
Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Anna Evstigneeva. Dia menyerukan pencabutan sanksi terhadap Pyongyang. Dia mengatakan Korea Utara membutuhkan lebih banyak bantuan kemanusiaan, bukan sanksi. Negara-negara Barat juga harus berhenti menyalahkan Pyongyang atas ketegangan saat ini.
Berita populer sekarang

Youtuber Benny dan Dzhoniar ingin mengembalikan nama baik
Duta Besar Korea Utara Kim Song mencoba memperbaiki tindakan negaranya. Dia mengutip salah satu artikel Piagam PBB bahwa setiap orang dan sekelompok orang memiliki hak yang sama untuk membela diri.
Di sisi lain, Wakil Duta Besar AS untuk PBB Jeffrey Delaurentis menolak tuduhan Rusia dan China. Washington percaya bahwa Korea Utara siap untuk menguji senjata nuklir baru. Ini terbukti dari serangkaian tes oleh Korea Utara tentang senjata destruktif. Tahun Ini Saja, Korea Utara telah menguji senjata sebanyak 18 kali, menembakkan total 33 rudal.
Uni Eropa, Jepang dan Korea Selatan memandang persidangan sebagai bentuk mengabaikan resolusi PBB dan komunitas internasional. "Sanksi adalah alat penting bagi Dewan Keamanan PBB selama krisis," kata Duta Besar Swedia Olof Skoog, mewakili Uni Eropa.
Menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh Institut Analisis Pertahanan Korea, biaya yang dikeluarkan oleh Korea Utara sehubungan dengan tes tahun ini mencapai 400-650 juta dolar AS (5,8–9,4 triliun Rupee). Ini adalah jumlah yang sangat besar untuk negara seperti Korea Utara. Uang ini cukup untuk membiayai vaksinasi seluruh penduduk terhadap covid-19.